Friday, January 1, 2010

Pentingnya Chemistry dalam Hubungan

Seorang wanita baru-baru ini membatalkan rencana pernikahannya dengan pria yang beberapa tahun ini menjadi kekasihnya. Padahal, tidak ada masalah besar yang menjadi penghalang atau perusak hubungan mereka. Mulanya masing-masing hanya merasa masih ingin bersenang-senang, ingin bebas melakukan apa saja yang diinginkan. Setelah berdialog lebih lama, muncul fakta berikutnya: masing-masing ternyata belum terlalu sreg dengan pasangannya. Istilahnya, "enggak demen-demen amat". Tampaknya, meskipun tidak mereka sadari, di antara mereka tidak ada chemistry. Akibatnya, muncul keraguan: bisa nggak sih mereka hidup bersama sampai tua nanti?

Sang rekan tampaknya lega dengan keputusannya. Daripada hubungannya dengan sang kekasih garing sampai tua, lebih baik mereka mundur dan memberi waktu pada diri masing-masing untuk mengetahui apa yang diinginkan dalam sebuah hubungan. Apalah artinya kalau menjalin hubungan hanya supaya memiliki pasangan, namun tidak ada ikatan emosional dalam diri masing-masing?

Menurut Toni Coleman, pendiri Consum-mate Relationship Coaching, ada keyakinan bahwa cinta sejati tak mungkin hadir tanpa chemistry. Karena itu orang-orang yang sedang melakukan pendekatan biasanya akan memutuskan, jika mereka mengalami perasaan yang intens terhadap seseorang, maka mereka sudah memiliki dasar untuk membangun hubungan yang ideal dan awet. Namun menurut Coleman, definisi chemistry tidak terbatas pada respons fisik seseorang kepada orang lain. Untuk mengetahui apakah Anda memiliki koneksi yang tepat dengan calon atau pasangan Anda saat ini, penting untuk memiliki pengetahuan mendasar mengenai apa yang disebut sebagai chemistry.

Anda mungkin merasa begitu mencintai pasangan karena ia tampan atau cantik. Namun di saat lain Anda mengeluhkan mengapa ia enggan mendengarkan kejadian penting apa yang Anda alami di kantor. Ketertarikan secara fisik tak bisa disamakan dengan chemistry yang sesungguhnya. Hubungan seperti ini tidak memiliki elemen yang dibutuhkan untuk dapat membangun kebersamaan yang bahagia dan saling memuaskan.

Kahlil Gibran menggambarkannya sebagai "kedekatan spiritual". Hal ini terjadi ketika Anda bertemu seseorang dan dengan cepat terjalin suatu hubungan yang lebih dalam, dan hanya dapat dirasakan dalam hati dan jiwa. Apakah yang tidak ditemukan contoh kasus di atas? Yaitu persahabatan, respek, humor, perasaan hangat, dan kesenangan yang dirasakan dengan kehadiran pasangan.

Ketertarikan fisik biasanya kita alami ketika pertama kali bertemu seseorang. Setelah lama mengenalnya, kita bisa saja makin menyukainya, atau bisa juga malah ilfil. Dalam ketertarikan fisik terjadi reaksi kimia yang disebut phenyl ethylamine (PEA). Substansi ini pada dasarnya sudah terdapat di dalam otak, dan disebut sebagai natural amphetamine. Substansi ini menstimulasi kita dan meningkatkan energi fisik dan emosional. Ketertarikan itu sendiri menyebabkan kita memproduksi lebih banyak PEA, yang hasilnya adalah perasaan campur-aduk saat jatuh cinta. Substansi lain yang dilepaskan oleh PEA adalah dopamine, yang meningkatkan hasrat kedekatan secara fisik, dan terkoneksi secara intim.

Ketika zat-zat kimiawi ini dilepaskan dalam jumlah besar, mereka mengirim sinyal dari otak ke organ tubuh yang lain. Jika Anda bingung mengapa Anda tertarik dengan orang yang, misalnya, bukan tipe Anda, hal ini mungkin karena kadar respons fisik Anda terhadap substansi ini tinggi. Akhirnya, kemampuan Anda untuk membuat "penilaian" terhadap pria/wanita tersebut menjadi kacau-balau.

"Kedekatan secara spiritual" berkembang sejalan dengan waktu dan kontak yang dilakukan terus-menerus. Ketika perasaan ini mulai muncul, otak memproduksi endorphin. Substansi ini lebih seperti morphine, dan menghasilkan peningkatan rasa tenang yang mengurangi kegelisahan. Begitu hubungan Anda berlanjut ke tahap ini, hubungan tersebut akan lebih dilandasi kenyamanan, komitmen, dan persahabatan.

Hubungan "soul mate", pada dasarnya membutuhkan beberapa elemen ini. Namun, elemen-elemen tersebut muncul tahap demi tahap. Tidak berarti ketertarikan fisik akan hilang ketika Anda memasuki hubungan yang lebih dalam, namun hal itu akan berubah. Kita tidak lagi mengalami perasaan yang meluap-luap, atau berbunga-bunga, begitu kita menjalani hubungan yang berangkat dari komitmen. Meskipun begitu, dalam hubungan yang sehat pun Anda tetap dapat merasakan momen yang intens tersebut. Misalnya, ketika Anda merasa ada yang kurang dalam diri Anda ketika suami tengah bertugas ke luar kota. Yang Anda rasakan bukan sekadar kangen, tetapi Anda merasa ada sebagian diri Anda yang hilang, atau tidak lengkap. Demikian pula yang dirasakan oleh pasangan terhadap Anda.

Nah, beruntunglah Anda yang memiliki chemistry yang begitu dalam dengan suami, karena tidak semua pasangan merasakannya.

2 comments:

  1. Berkunjung menjalin relasi dan mencari ilmu yang bermanfaat. Sukses yach ^_^ salam dari teamronggolawe.com

    ReplyDelete
  2. @Pasa Firaya, ST:
    semoga infonya berguna buat sahabat.. salam sukses :)

    ReplyDelete